PEKANBARU - Puisi adalah bentuk ekspresi sastra yang disusun dengan bahasa yang indah dan padat, sering kali menggunakan ritme, rima, dan gaya bahasa tertentu untuk menyampaikan perasaan, gagasan, atau pengalaman. Puisi bisa berbentuk bebas atau terikat oleh aturan tertentu, seperti jumlah baris, suku kata, atau pola rima. Melalui puisi, penulis dapat menyampaikan pesan yang mendalam dengan cara yang lebih artistik dan imajinatif dibandingkan dengan bentuk tulisan lainnya. Berikut Puisi Jangan Golput yang menarik dibaca.
Dalam sepi, suara terpendam,
Hati bergejolak, ingin terbang,
Hak suara, bukan sekadar kata,
Ini saatnya, kita bersuara,
Menggugah jiwa, merubah dunia.
Kita berdiri, satu langkah,
Bersama, melawan rasa takut,
Mimpi yang terpendam kini bangkit,
Dengan hak suara, kita berjuang,
Menuju keadilan, hak yang sejati.
Suara kita, aliran sungai,
Mengalir deras, menembus badai.
Setiap lirik, setiap nada,
Menggugah hati, mencipta perubahan.
Baca juga:
Jarimatika Perkalian Super Mudah
|
Jangan biarkan bisu menyapa,
Berkumpul dalam satu langkah pasti.
Hak suara, alat perjuangan,
Untuk keadilan, untuk harapan.
Bersama kita, nyatakan hati,
Tak akan berhenti, tak akan mundur.
Dalam kebersamaan, suara bersatu,
Membawa dunia menuju terang baru.
Suara ini, pelita malam,
Menerangi jalan, menuntun harapan.
Hak yang kita miliki,
Bukan sekadar kata, tapi janji.
Dalam keragaman, kita bersatu,
Menggenggam masa depan yang satu.
Setiap lisan, kekuatan tersimpan,
Menuntut keadilan, mengubah pandangan.
Ayo bangkit, jangan ragu,
Suarakan mimpi yang ingin kita tuju.
Dengan keberanian, kita berlari,
Hak suara kita, takkan terhenti.
Suara ini, takkan terbungkam,
Membawa pesan, menggapai harapan.
Di tengah keramaian, kita berdiri,
Hak suara kita, takkan terhenti.
Setiap kata, mengalir penuh arti,
Menyuarakan rasa, menuntut jati diri.
Dalam kebersamaan, kita kuat,
Menggenggam masa depan yang cerah.
Jangan biarkan keheningan menguasai,
Saatnya kita, bersama bersuara.
Hak kita adalah cahaya,
Menuntun langkah menuju cita.
Puisi ditulis oleh: Rahmad Fauzi Lubis, S. Pd. I. M. Pd, Dosen IAI Diniyyah Pekanbaru.